Tulisan ini saya tulis kembali kedalam bahasa Indonesia sehingga mudah untuk di pahami. Selamat membaca.
Referensi: https://spielverlagerung.com/2020/05/23/understanding-the-tactical-periodization-methodology/
“Periodisasi Taktik adalah metodologi latihan sepakbola yang dikembangkan sekitar 35 tahun yang lalu oleh Vítor Frade, seorang profesor ilmu olahraga dari Universitas Porto di Portugal”.
Sejak di ciptakannya, telah menjadi salah satu metodologi latihan yang paling banyak diadopsi dan diimplementasikan di seluruh dunia. (Bordonau & Villanueva, 2018). Jose Mourinho adalah pelatih yang menggunakan metodologi latihan ini dan salah satu pelatih pertama yang membuktikan keberhasilan metodologi ini. Dari tahun 2002 hingga 2004, sebagai pelatih kepala FC Porto, dia memimpin tim tersebut meraih dua gelar liga Portugal, satu gelar Liga Eropa dan satu gelar Liga Champions. Sejak itu dia pindah dan melatih klub elit di Inggris, Italia dan Spanyol, mencapai kesuksesan di domestic, Eropa yang sangat signifikan.
Sementara Mourinho adalah pendukung Periodisasi Taktik, metodologi latihan ini juga telah berhasil diadopsi, oleh André Villas-Boas, Brendan Rogers, Nuno Espírito Santo, Marco Silva, Carlos Carvalhal, Vitor Pereira, dan Leonardo Jardim, (Bordonau & Villanueva, 2018)
Apa Itu Periodisasi Taktik?
Periodisasi taktik adalah metodologi latihan yang berasal dari studi berbagai ilmu dan disiplin ilmu yang berlaku untuk sepakbola, termasuk ilmu saraf, teori kompleksitas, teori kekacauan (chaos), teori sistem, fisiologi, psikologi, geometri fraktal, dan sosiologi. (Oliveira G. dalam Farias, 2016). Dalam semua aspek ini, permainan Sepakbola dilihat dalam perspektif holistic atau mempertahankan identitasnya yang kompleks.
Periodisasi Taktis dan ilmu-ilmu yang telah mempengaruhi fondasinya.
Seperti yang tersirat dari namanya Periodisasi Taktik, dimensi taktik adalah dimensi menyeluruh dari permainan Sepakbola yang mana ada dimensi fisik, teknik, dan psikologis. Perspektif ini bertentangan dengan kepercayaan sebagian orang dimana keempat dimensi tersebut dilihat secara terpisah, dan dengan tingkat prioritas yang sama.
Cara konvensional untuk melihat dimensi sepakbola.
Selain itu, kata “periodisasi” tidak digunakan dalam pengertian tradisionalnya, dalam kaitannya dengan periodisasi latihan beban fisik , ini mengacu pada periodisasi prinsip-prinsip taktik yang dilatih sepanjang minggu. Prinsip-prinsip taktik periodisasi mingguan ini disebut “Morphocycle”. Morphocycle adalah rencana pembelajaran setiap mingguan dan seperti apa cara tim ingin bermain. (Frade dalam Oliveira R., 2014).
Memahami Kompleksitas Permainan (Game)
Periodisasi Taktik menantang pemikiran reduksionis sepakbola, di mana berbagai dimensi permainan (fisik, teknik, taktik, psikologis) dilatih secara terpisah. Pendekatan konvensional dalam memisahkan dimensi permainan tidak mengikuti urutan logis permainan dan tidak menyediakan metodologi pembelajaran dan pelatihan yang optimal untuk pemain (Oliveira R., 2014). Permainan sepakbola secara alami sangatlah kacau (chaos thory). Dua tim yang terdiri dari sebelas pemain per tim, satu bola, masing-masing tim mempertahankan gawang agar tidak kebobolan (Gol) dan mencoba mencetak gol ke tim lain, semua ini terjadi saat wasit mencoba menegakkan aturan permainan. Setiap tim memiliki strategi tentang bagaimana mereka akan mempengaruhi hasil pertandingan dan menetapkan serangkaian perilaku yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan situasi yang berbeda, berusaha untuk membawa “prediktabilitas ke hal yang tidak dapat diprediksi”. Variabel-variabel yang disebutkan di atas menambah tingkat kerumitan pada pertandingan, dan tidak mungkin mengamati komponen yang berbeda secara terpisah tanpa mengubah identitas pertandingan. Untuk alasan ini, seperti ungkapan Aristoteles “keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya”, ini berlaku untuk permainan sepakbola dan untuk memahami tingkat kerumitan yang terlibat di dalamnya. (Tamarit, 2015; Mallo, 2015).
Memahami Fraktalitas
Mempertimbangkan kompleksitas permainan dan mencoba menciptakan kembali kedalam latihan dengan tetap pada sifatnya yang kacau, tidak berarti kita hanya berlatih 11v11. Ada kalanya sebagai pelatih, perlu menyederhanakan aspek-aspek permainan, agar pemain lebih memahami bagaimana menghadapi situasi permainan yang berbeda. Namun, saat kami menyederhanakannya, kami memastikan bahwa kami melakukannya tanpa kehilangan elemen penting dari permainan tersebut, seperti permainan yang sifatnya kacau. Jika tidak, kami berlatih dengan cara yang tidak berhubungan dengan realistis permainan. Saat kami perlu mengerjakan prinsip permainan yang lebih kecil, dengan skala tim yang lebih kecil, kami menggunakan teori fraktal. Kami mengurangi elemen tertentu untuk menciptakan situasi permainan yang diperlukan, tanpa mengurangi realistis permaianan (Frade in Oliveira R. 2014). Variabel yang dapat kita kurangi, termasuk jumlah pemain, area bermain, durasi interval, waktu istirahat antar interval, cara kita mencetak gol, dll. Namun, kita harus selalu menjaga sifat permainan yang kacau/kompleks, tujuan, pembuatan keputusan, intensitas, dan relevansi dengan gaya permainan yang telah di sepakati.
Vitor Frade memberikan analogi yang sempurna tentang esensi fraktalitas ketika dia menyatakan: “jika kita memiliki sebotol air dan kita menuangkan air ke dalam cangkir, tidak ada perubahan pada substansi air, kita hanya memiliki jumlah yang lebih kecil di dalam cangkir. ” (Frade in Borges, 2015).
Contoh keseluruhan dan fraktal tim dalam skenario permainan tertentu.
Dua Matriks Periodisasi Taktis
Periodisasi Taktik terdiri dari matriks konseptual (Game Model) dan matriks latihan (Prinsip Metodologis). Penting agar kedua matriks terus bekerja sama satu sama lain karena kami selalu ingin melatih cara bermain yang kami inginkan (Mallo, 2015).
2 matriks periodisasi taktis: matriks konseptual dan pelatihan
Matriks konseptual
Matriks konseptual adalah gagasan bermain dari pelatih. Ide bermain adalah cara pelatih memandang permainan, gaya permainan yang mereka sukai, termasuk formasi yang disukai, dll. Ini adalah pandangan pribadi pelatih tentang sepakbola, tanpa mempertimbangkan faktor eksternal. Namun, ketika seorang pelatih bekerja pada suatu tim, ada banyak faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan, yang mana akan mempengaruhi ide bermain tersebut. Faktor-faktor ini mungkin termasuk – budaya sepakbola suatu negara atau kota, sejarah klub, konteks saat pelatih mengambil alih klub (pertengahan musim, menjauhi zona degradasi, dll.), dan kualitas pemain yang tersedia. Setelah mempertimbangkan faktor-faktor eksternal ini, pelatih menurunkan Model Permainan tim (Mallo, 2015).
Model Permainan (Game Model)
Model permainan adalah tingkat organisasi yang dicapai tim dalam permainan sebagai konsekuensi dari perilaku yang telah ditentukan sebelumnya yang diinginkan oleh pelatih untuk diadopsi oleh pemain mereka pada setiap momen permainan dan dalam situasi yang berbeda. Akibatnya, ini memberi lebih banyak keteraturan dan prediktabilitas pada sifat sepakbola yang tidak dapat diprediksi sehingga tim pada akhirnya dapat mencoba memengaruhi hasil pertandingan. Konsistensi dan frekuensi perilaku yang diinginkan ini terjadi dari game to game inilah yang menentukan identitas tim. Model permainan tidak pernah menjadi produk jadi, ini adalah proses yang tidak pernah berakhir, terus berkembang dan meningkat melalui analisis permainan dan tim (Tamarit, 2015).
Ada 3 kategori yang membantu menyusun Game Model secara terorganisir: momen permainan, skala tim, dan prinsip Game Model (Oliveira dalam Farias, 2016).
Empat Momen permainan
Empat momen permainan adalah: Attacking Organisation, Defensive Transition, Defensive Organisation & Attacking Transition. (Oliveira G. dalam Farias, 2016). Sangat penting untuk memahami dan menentukan kapan setiap momen permainan terjadi dan untuk memahami interaksi antara momen tim kita dengan momen lawan. Semua hubungan ini harus diamati dalam konteks strategi hari pertandingan.
Attacking Organisation: saat dimana sebuah tim menguasai bola, dan lawan berada dalam bentuk pertahanan yang terorganisir. Momen ini bisa dimulai di mana saja (Lapangan) dan berlangsung hingga tim kehilangan penguasaan bola.
Defensive Transition: saat dimana sebuah tim baru saja kehilangan bola dan belum terorganisir secara defensif. Momen ini berlangsung hingga tim menjadi terorganisir secara defensif. Serangan balik adalah bagian dari momen ini, jika lawan memanfaatkan situasi saat tim sedang tidak seimbang.
Defensive Organisation: saat di mana sebuah tim tidak sedang menguasai bola tetapi berada dalam bentuk pertahanan yang terorganisir. Momen ini dapat dimulai di mana saja (lapangan) dan berlangsung hingga tim mendapatkan kembali penguasaan bola.
Attacking Transition: saat di mana sebuah tim baru saja mendapatkan kembali penguasaan bola dan lawan belum dalam bentuk pertahanan yang terorganisir. Momen ini berlangsung hingga lawan menjadi terorganisir secara defensif. Tidak setiap momen transisi menyerang adalah serangan balik, melainkan serangan balik adalah bagian dari momen ini, tim dapat memilih untuk mengeksplorasi opsi ini atau memutuskan untuk mengeluarkan bola dari tekanan dan memulai serangan yang terorganisir.
Momen Dalam Permainan Sepakbola
Skala tim
Skala tim penting untuk dibedakan dalam Game Model dan ketika merencanakan sesi latihan, untuk mengetahui dengan tepat pemain mana yang menerapkan prinsip-prinsip game model. Skala tim dibagi menjadi kolektif, antar sektor, sektor, kelompok, individu. (Oliveira G. dalam Farias, 2016).
Kolektif melibatkan seluruh tim atau “semua lini”.
Skala Kolektif Tim
Antar sektor biasanya melibatkan hubungan 2 lini tim. Misalnya lini tengah dan lini depan atau lini pertahanan dan lini tengah.
Skala Tim Lintas Sektor
Sektoral hanya melibatkan satu lini tim, misalnya pertahanan, lini tengah atau depan.
Grup adalah pemain tertentu yang bermain dekat satu sama lain tetapi dapat dari lini yang berbeda, misalnya bek tengah dan gelandang bertahan, bek sayap dan sayap, gelandang serang dan penyerang, dll.
Individu hanya tentang satu pemain tertentu dalam tim.
Prinsip Model Permainan
Sangatlah penting untuk membuat prinsip Game Model berdasarkan momen permainan dan skala tim, dan menyusunnya dalam urutan hierarkis sehingga dapat menerapkannya dengan sukses selama latihan. Prinsip dapat dibagi menjadi prinsip utama, sub prinsip, dan sub-sub prinsip (Oliveira R., 2014).
Prinsip-prinsip utama melibatkan skala tim secara kolektif atau antar-sektor. Inilah prinsip-prinsip yang menunjukkan identitas tim dan biasanya dilatih dengan jumlah besar: 11v11, 10v10, 10v9 dst (Oliveira G. dalam Farias, 2016). Prinsip utama biasanya tidak berubah dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya, menjaga identitas tim. Jika kita mengambil contoh tim yang berorientasi pada penguasaan bola, prinsip utama mereka selama organisasi menyerang adalah – penguasaan bola dan sirkulasi bola yang cepat, untuk membuat lawan tidak seimbang sehingga menciptakan peluang mencetak gol. Apapun lawannya, sebuah tim tidak boleh mengubah prinsip ini karena berisiko kehilangan identitasnya, yang dapat menyebabkan kebingungan para pemain di lapangan dan kemungkinan besar hasil yang di dapatkan negatif.
Sub-sub prinsip hanya melibatkan individu atau kelompok yang sangat kecil. Misalnya, dua bek tengah, dua penyerang tengah, dll. Prinsip-prinsip ini menentukan perilaku spesifik individu atau kelompok kecil dalam situasi yang berbeda. Seperti pada sub-prinsip, sub-sub prinsip bahkan lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan lawan tertentu untuk mempersiapkan permainan (Frade in Oliveira R., 2014). Misalnya, penyerang tengah yang biasanya mencoba berlari di belakang garis pertahanan lawan (coming from behind) harus mengubah pendekatan latihan melawan tim yang parkir bus (low block defending) dimana tidak ada ruang di belakang line defend/ garis pertahanan. Pada saat menghadapi tim yg line defend & line midfield renggang (not compact), penyerang tengah harus menyesuaikan gaya dan berusaha untuk memposisikan diri di ruang antar lini tersebut untuk menerima bola. Oleh karena itu, perilaku yang diinginkan untuk pemain tersebut perlu dilatih dalam morphocycle menjelang permainan.
Sub-prinsip biasanya melibatkan skala tim lintas sektoral, sektoral, atau kelompok. Meskipun prinsip-prinsip ini penting untuk tetap konsisten dari minggu ke minggu, beberapa fleksibilitas perlu untuk beradaptasi dengan lawan (Frade in Oliveira R., 2014). Saat merencanakan strategi, berdasarkan analisis lawan tertentu, perilaku pemain tertentu dalam suatu kelompok, sektor, atau antar sektor dapat berubah. Oleh karena itu, perlu di latih sub-prinsip selama morphocycle tim menjelang pertandingan. Melanjutkan contoh yang sama dari tim yang berorientasi pada penguasaan bola, sub-prinsip yang mungkin berubah dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya adalah cara tim bermain dari belakang. Dalam satu pertandingan, mereka mungkin menggunakan pendekatan “Salida Lavopliana” (gelandang bertahan di antara bek tengah, bek tengah melebar dan bek sayap bergerak lebih tinggi) melawan tim yang menekan tinggi, tetapi di pertandingan lain, melawan tim yang tidak menekan tinggi, gelandang bertahan tidak perlu turun diantara 2 bek tengah, tetapi berusaha membuat sirkulasi bola yang mana bisa memecah kompaksi defend tim lawan. Dengan cara ini, identitas tim tidak akan berubah, tetapi cara ini akan membuat tim berkembang dengan sendirinya karena lawan dengan konsep bermain yang berbeda.
Organisasi prinsip-prinsip Game Model (adapted from Oliveira R., 2014)
Prinsip Metodologi Matriks latihan
Matriks latihan terdiri dari beberapa prinsip metodologis yang perlu diterapkan dengan benar untuk menjalankan Game Model. Prinsip-prinsip metodologi adalah prinsip kekhususan, prinsip perkembangan kompleks, prinsip perubahan horizontal dalam kekhususan, dan prinsip kecenderungan (Mallo, 2015).
Prinsip-prinsip Metodologis dengan “Supra-principle of Specificity” mempengaruhi semua prinsip lainnya.
Specifity: Ini adalah prinsip metodologis terbesar dan terpenting, atau sebagaimana Frade menyebutnya, prinsip supra (Frade in Oliveira R., 2014). Prinsip ini berfungsi sebagai penghubung antara Game Model pelatih dan matriks latihan. Specifity (Kekususan) mengharuskan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan dalam praktik harus berhubungan dengan permainan, tetapi lebih dari itu, perlu berhubungan langsung dengan Game Model. Oleh karena itu, pelatih perlu merancang latihan yang mencakup keutuhan permainan, tanpa membedah aspek yang berbeda melalui latihan teknis dan kebugaran yang terisolasi. Idealnya, latihan harus mengandung setidaknya satu (tetapi biasanya keempat momen permainan), ruang yang sesuai, intensitas seperti permainan, dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, konsistensi dengan aturan permainan seperti pelanggaran, offside, dll. Sangat Penting untuk menciptakan lingkungan seperti permainan dalam latihan. Perlu di catat bahwa, ketika kita berbicara tentang intensitas, Periodisasi Taktik melampaui pandangan umum tentang intensitas dalam hal kebugaran fisik. Ini mengacu terutama pada intensitas dalam kompleksitas penuh dalam permainan, dengan berkonsentrasi sepenuhnya pada pelaksanaan prinsip-prinsip permainan dan memastikan tidak ada penyimpangan dalam kinerja. Mourinho menyebut ini sebagai intensitas konsentrasi. Dia menjelaskan perbedaan antara aktivitas (1) lari interval intensitas tinggi dan (2) aktivitas sepakbola yang melibatkan gerakan tertentu (akselerasi, deselerasi, lompatan, perubahan arah, dll.), tetapi pada saat yang sama, mengharuskan pemain membuat keputusan terkait dengan prinsip-prinsip spesifik Game Model. Aktivitas kedua akan memiliki tingkat intensitas yang jauh lebih tinggi karena seiring dengan tuntutan fisik yang dimiliki kedua aktivitas tersebut, aktivitas kedua juga memiliki tuntutan mental dan emosional yang membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi (Mourinho dalam Amieiro, Oliveira, Resende, Barreto, 2006 ).
Selain itu, latihan harus mencerminkan Game Model tim dan interaksi yang dilakukan pemain selama latihan harus spesifik dengan apa yang diharapkan pelatih dalam permainan. Pelatih dapat memastikan hal ini dengan memposisikan pemain di posisi yang sesuai dengan posisi mereka dalam permainan dan dengan menunjukkan cara bermain menurut Game Model. Misalnya sebuah tim yang memainkan gaya sepakbola vertikal, biasanya tidak membangun secara progresif, tidak mempraktikkan permainan penguasaan bola tentang bagaimana membangun pendek-pendek dari belakang untuk bergerak maju secara progresif.
Terakhir, menggunakan bola dalam setiap latihan tidak berarti seorang pelatih mengikuti Periodisasi Taktik. Meskipun biasanya ada bola, yang membuat Periodisasi Taktik unik adalah relevansi yang dimiliki setiap aktivitas dengan Game Model daripada keberadaan bola. Pelatihan terpadu adalah metodologi di mana bola digunakan sebagai motivasi bagi pemain untuk melakukan latihan kebugaran atau latihan teknis yang tidak ada hubungannya dengan Game Model, penting untuk membedakan antara kedua metodologi tersebut (Mallo, 2015).
Prinsip perkembangan yang kompleks: Prinsip ini penting bagi kami untuk membuat hierarki yang baik dari prinsip Game Model kami dan merencanakannya sepanjang musim, memastikan ada kemajuan dalam kompleksitas prinsip yang diserap tim kami (Mallo, 2015). Progresi dalam kompleksitas dapat terjadi dalam jangka pendek, dari game-to-game (masing-masing morfosiklus), hingga jangka panjang (meso dan makrosiklus) (Oliveira G. dalam Farias, 2016). Saat musim baru, kami selalu ingin membongkar prinsip Game Model kami dan menyusunnya sedemikian rupa sehingga kami memprioritaskan prinsip yang lebih umum dan sederhana, sebelum kami mulai beralih ke prinsip yang lebih kompleks dan terspesialisasi. Saat musim berlangsung, pemain menciptakan pemahaman yang lebih besar satu sama lain di dalam dan di luar lapangan dan akan dapat mempelajari prinsip-prinsip yang lebih maju. Sementara kita beralih dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, kita tidak boleh menghilangkan kompleksitas alami dari permainan, jika tidak, kita kehilangan prinsip kekhususan. Sambil mempelajari prinsip-prinsip baru, kita juga harus memperkuat prinsip-prinsip yang lebih umum dengan menggunakan pengulangan yang sistematis, sehingga perkembangan kompleksitas dan prinsip hierarki selalu dilakukan secara non-linier (Oliveira G. dalam Farias, 2016).
Prinsip perubahan horizontal (Principle of horizontal alteration): prinsip ini berkaitan dengan distribusi prinsip-prinsip permainan yang dilatih selama morfocycle, sambil memastikan pemain mendapatkan beban fisik dan pengetahuan taktis yang benar. Dalam Periodisasi Taktik, pikiran dan tubuh tidak pernah dapat dipisahkan satu sama lain, jadi penting bahwa saat kita merencanakan minggu ini, kita memperhitungkan hubungan antara upaya (stimulus fisik yang dilatih) dengan dinamika prinsip dan pemulihan untuk pertandingan berikutnya (Oliveira, G. dalam Farias, 2016).
Menurut Periodisasi Taktik, ada tiga jenis kontraksi otot utama yang dibutuhkan setiap latihan: ketegangan (kekuatan spesifik), durasi (daya tahan spesifik), dan kecepatan (kecepatan spesifik) (Oliveira R., 2014). Variabel dari setiap latihan menentukan kontraksi dominan yang terjadi pada otot. Misalnya aktivitas yang melibatkan banyak aksi eksplosif seperti menembak, melompat, perubahan kecepatan dan arah, kekuatan merupakan kontraksi yang dominan.
Kegiatan yang membutuhkan gerakan seperti itu biasanya memiliki jumlah, ruang, dan durasi yang sangat singkat. Jika suatu aktivitas dimainkan di ruang yang lebih besar, dengan banyak pemain dan durasi yang lebih lama, seperti 11v11, 10v10, 11v10, dll., kontraksi utamanya adalah durasi. Terakhir, ketika aktivitas memiliki penekanan pada pemikiran cepat, reaksi cepat, dan lari cepat (tanpa perubahan arah) kontraksi yang dominan adalah kecepatan.
Prinsip perubahan horizontal memastikan bahwa prinsip Game Model dipasangkan dengan kontraksi upaya yang tepat pada hari yang tepat, untuk memastikan pembelajaran taktis terjadi saat tubuh memperoleh beban fisik yang tepat. Sementara itu, pemain harus benar pulih untuk setiap permainan, untuk mencapai stabilisasi kinerja.
Prinsip kecenderungan (Principle of propensities): Prinsip ini menunjukkan bahwa pelatih harus merancang sesi latihan dan latihan sehingga situasi yang diinginkan dari Model Permainan yang ingin kita latih sering terjadi. Dengan cara ini, pemain memiliki kesempatan untuk mengalami situasi, mencari solusi, dan belajar melalui pengulangan yang sistematis (Mourinho, dalam Amieiro et al., 2006). Seringkali, prinsip ini disalahpahami, dan pelatih mengisolasi perilaku tertentu dan secara artifisial membuat pengulangan permainan yang tidak realistis. Penting bagi pemain untuk belajar melalui pengalaman belajar, dengan ditempatkan dalam situasi khusus yang terjadi secara alami di mana mereka harus menggunakan prinsip Game Model untuk memecahkan masalah. Menggunakan metode Guided discovery adalah yang paling efektif, ini merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep bagi para individu pemain. Metode Guided discovery dimanfaatkan selama latihan sehingga pemain dapat belajar dari emosi dan perasaan mereka sendiri, bukan dengan diberitahu apa yang harus dilakukan. (Mourinho, dalam Amieiro dkk., 2006). Misalnya, jika latihan difokuskan pada momen transisi defensif, pelatih harus membuat latihan dengan kekhususan, di mana tim penyerang secara alami dan terus-menerus dihadapkan pada situasi di mana mereka kehilangan penguasaan bola dan dipaksa menuju transisi defensif. Tim kemudian harus menerapkan prinsip Game Model untuk menyelesaikan skenario tersebut.
Morphocycle
Sekarang kita akan fokus menerapkan metodologi periodisasi taktik ke dalam pola mingguan (morphocycle) dengan menggunakan prinsip “horizontal alteration of specificity” yang disebutkan sebelumnya. Dalam contoh, kita ambil standar setiap pekan, pertandingan dilakukan setiap hari Minggu.
Senin (Pertandingan +1) – pemulihan pasif (hari libur): Dalam sebagian besar teori periodisasi, sehari setelah pertandingan, tim akan melakukan sesi pemulihan ringan untuk menghilangkan asam laktat yang terkumpul di dalam tubuh dan hari berikutnya (Selasa) libur .
Dalam Periodisasi Taktik, karena tubuh tidak lepas dari pikiran, kelelahan emosional dan mental diprioritaskan, pemulihan pasif akan terjadi sehari setelah pertandingan. Hal ini memungkinkan para pemain untuk melakukan dekompresi, menjernihkan pikiran mereka, dan mempersiapkan diri untuk latihan minggu ke depan (Mourinho dalam Amieiro et al., 2006)
Selasa (M+2) – pemulihan aktif: Konten ringan, tidak terlalu menuntut mental atau fisik karena pemain masih dalam masa pemulihan dari permainan dan tujuannya agar mereka pulih sepenuhnya untuk sesi berikutnya (Rabu) ketika periode akuisisi dimulai. Komponen Small Game Model dapat diajarkan. Sementara beberapa pelatih lebih suka melakukan perbaikan permainan yang terjadi di pertandingan sebelumnya, pelatih lain lebih suka memperbaiki prinsip-prinsip umum Model Permainan mereka yang tidak berubah sehingga tim dapat terus membangun identitasnya. Meskipun kedua pendekatan tersebut dapat diterima, mengerjakan permainan berikutnya harus dihindari karena pemain belum siap secara mental untuk mulai mempelajari informasi baru. Penting untuk dicatat bahwa meskipun ini adalah sesi pemulihan, bukan berarti pemain harus “santai” karena akan bertentangan dengan prinsip kekhususan. Pemain harus tetap melakukan setiap latihan dengan intensitas konsentrasi maksimum yang serupa dengan yang mereka lakukan dalam permainan. Namun, kompleksitas dan durasi setiap latihan harus lebih pendek dan harus ada pemulihan maksimal antar set. Para pemain yang tidak terlibat dalam pertandingan sebelumnya atau bermain sangat sedikit seharusnya mendapat beban lebih besar daripada pemain yang memainkan semua atau sebagian besar pertandingan (Mourinho dalam Ameiro et al., 2006).
Rabu (M -4) – hari sub dan sub-sub prinsip dengan komponen kekuatan fisik yang dominan: Ini adalah hari pertama tahap akuisisi, baik dari pembelajaran Game Model, tetapi juga, dari titik rangsangan fisik pandangan. Pada hari ini kami membahas sub-prinsip dan sub-sub prinsip dari Game Model kami, baik di tingkat individu, kelompok, sektoral, atau bahkan antar sektoral. Stimulus fisik pada hari ini adalah kekuatan, dan oleh karena itu, kami mengurangi ruang latihan dan membuat latihan yang durasinya singkat. Latihan ini mensimulasikan situasi di mana pemain mempercepat, memperlambat, mengubah arah dan kecepatan, melompat, dll. (Gerakan fisik yang menekankan kekuatan). Waktu istirahat antara pengulangan atau interval harus tinggi, karena pemain harus mengerahkan intensitas penuh di setiap interval (Bordonau & Villanueva, 2018). Pada hari ini, pelatih biasanya mengerjakan detail spesifik dari Model Permainan tanpa berfokus pada lawan, namun, itu adalah kebijaksanaan pelatih.
Kamis (M -3) – hari prinsip dan sub prinsip utama dengan durasi stimulus fisik yang dominan. Kompleksitas pelatihan pada hari ini adalah yang tertinggi. Untuk alasan ini, kami berlatih di ruang besar dengan banyak pemain (11v11, 11v10, 10v10, dll.), dengan fokus pada level kolektif atau antar-sektoral (Bordonau & Villanueva, 2018). Durasi interval latihan lebih lama karena jumlah pemain lebih banyak dan ruang serta situasi yang lebih besar lebih realistis untuk permainan. Ini menciptakan “discontinuity within the continuity” yang menyerupai hari kompetisi. Biasanya, pada hari ini, pelatih memperkenalkan rencana lawan berikutnya karena pada hari itu pemain telah pulih sepenuhnya dari pertandingan sebelumnya. Pertandingan berikutnya masih 72 jam lagi, oleh karena itu, dari segi emosional, mental, dan fisik mereka harus benar-benar siap untuk informasi baru.
Jumat (M -2) – hari sub-prinsip dan sub-sub prinsip dengan rangsangan fisik kecepatan yang dominan: Selama pelatihan ini, setiap latihan perlu memiliki penekanan yang tinggi pada kecepatan, dan kecepatan. Penting untuk dicatat bahwa ketika berbicara tentang kecepatan kita tidak hanya berbicara tentang kecepatan fisik, seperti kecepatan gerak, tetapi juga kecepatan mental (kecepatan berpikir), dan kecepatan reaksi. Latihan harus mengurangi ruang, sehingga pemain dipaksa untuk membuat keputusan lebih cepat. Mungkin ada ketidakseimbangan pemain, mengurangi kerumitan, tetapi meningkatkan kebutuhan akan kecepatan berpikir dan pengambilan keputusan (Bordonau & Villanueva, 2018). Mengingat kita hanya tinggal dua hari lagi dari pertandingan berikutnya, pelatih harus berhati-hati untuk tidak membebani pemain terlalu banyak di sesi ini. Durasi kegiatan harus singkat dengan penghentian dan periode pemulihan. Jika pelatih ingin memasukkan sprint dalam salah satu latihan mereka harus dalam garis lurus tanpa perubahan arah (Mourinho dalam Amieiro et al., 2006).
Sabtu (M -1) – pra-aktivasi: Sesi ini merupakan persiapan terakhir menjelang pertandingan selanjutnya. Tujuan hari ini adalah untuk menyiapkan detail akhir tentang game sambil memastikan para pemain pulih sepenuhnya secara fisik dan emosional. Pelatih dapat bekerja pada situasi permainan tertentu, bola-bola mati (set piece), atau bahkan permainan 11v11, tetapi durasi interval harus singkat dengan pemulihan penuh di antaranya. Saat bekerja pada 11v11, penting untuk mengurangi ukuran lapangan (setengah lapangan atau 2/3 lapangan) sehingga pemain mengerjakan keputusan dan aktivasi yang cepat, tanpa menempuh jarak jauh yang akan meningkatkan tingkat kelelahan dan risiko cedera. cedera sebelum pertandingan (Oliveira, G., 2016). Pelatih juga dapat menggunakan latihan rondo yang berbeda yang dapat menyenangkan bagi pemain dan pemanasan aktivasi yang baik. Durasi sesi harus singkat, sekitar satu jam.
Morphocycle Standar Mingguan (adapted from Mallo, 2015; Oliveira R., 2014)
Pra-musim dalam Periodisasi Taktik
Berbeda dengan banyak metodologi latihan konvensional, periodisasi taktik tidak membedakan antara pramusim dan sisa musim. Banyak metodologi lain mencoba mencapai tingkat kebugaran yang tinggi dalam waktu singkat, oleh karena itu memprioritaskan dimensi permainan yang berbeda di berbagai bagian musim. Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya dalam Periodisasi Taktis, dimensi taktik selalu menjadi pendorong kekuatan utama latihan. Untuk itu, sejak awal pramusim, tim perlu segera mulai mempelajari Model Permainan dan mengerjakan prinsip-prinsip permainan, sehingga dapat beroperasi pada awal periode kompetitif. Menurut Mouriho, (dalam Ameiro et al., 2006) hanya pada minggu pertama pramusim latihan terdiri dari beberapa latihan adaptif untuk memperkenalkan pemain pada tuntutan permainan. Setelah itu minggu pertama setiap morphocycle mengutamakan dimensi taktik dan pembelajaran Game Model. Dalam periodisasi taktik tidak ada performa puncak karena setiap pertandingan dalam satu musim dipandang dengan kepentingan yang sama dan tujuan dari staf pelatih adalah untuk memastikan bahwa pemain berada dalam kondisi performa yang optimal di setiap pertandingan dan tidak lebih dari yang lain. (Faria dalam Ameiro et al., 2006).
Pengertian Kelelahan
Dalam Periodisasi Taktik, kebugaran dipahami bersama dengan dimensi taktik, oleh karena itu sebuah tim meningkatkan kebugarannya ketika dapat menjalankan Model Permainan dalam permainan dengan konsentrasi maksimal sepanjang waktu. Jadi, ketika pemain dianggap kelelahan, belum tentu kelelahan fisik. Sebaliknya itu adalah kelelahan pada sistem saraf pusat yang berasal dari terus-menerus membuat keputusan dalam latihan dan pertandingan. Mourinho menyebut ini “kelelahan taktik” (Mourinho dalam Ameiro dkk., 2006). Misalnya, jika anda mengambil pemain yang mendapat skor sangat tinggi dalam tes kebugaran terisolasi dan dianggap sangat fit di bawah standar kebugaran konvensional dan menempatkannya di tim baru, tanpa latihan yang tepat dari Game Model yang berbeda, pemain itu akan secara taktik kelelahan selama pertandingan. Pemain tidak akan dapat menyelesaikan banyak situasi taktik permainan yang berbeda sesuai dengan prinsip tim dan karenanya akan mengalami kelelahan taktik.
Kesimpulan
Periodisasi Taktik bukan hanya metodologi latihan, ini adalah cara berpikir dan memahami permainan sepakbola dalam struktur logisnya mengingat sifatnya yang kacau dan kompleks. Meskipun ada beberapa hal mutlak yang menurut metodologi ini harus diikuti seperti Model Permainan dan Prinsip Metodologi, Periodisasi Taktik memungkinkan banyak ruang untuk pelatih berkreasi sesuai “seni dalam pembinaan” masing-masing, yang merupakan gaya unik pelatih tentang bagaimana membuat metodologi operasional. Seperti yang dikatakan Vitor Frade: “Sisi formal dari Periodisasi Taktik kemungkinan besar akan ditangkap oleh banyak orang, tetapi bukan di situ letak kuncinya. Kuncinya terletak pada cara anda membuat metodologi operasional selama proses latihan.